Minggu, 02 Oktober 2011

Pelurusan Sejarah 1 Oktober

Bandung---Sejarah adalah sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang telah terjadi di waktu yang lalu, baik satu menit yang lalu atau puluhan, ratusan, ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu. Terjadi secara begitu saja secara alami. Ribuan bahkan jutaan orang telah menjadi tokoh pelaku dari sejarah nya masing-masing. Ada yang tercatat namun banyak juga yang tidak tercatat.
Sejarah yang tidak tercatat biasanya hanya melalui ingatan orang perorang yang diceritakan dari mulut ke mulut. Namun ada juga sejarah yang tidak diusahakan untuk dicatat oleh manusia ‘pelaku’ maupun pemerhati sejarah. Dalam hal ini alam seringkali mengabadikan catatan sejarahnya pada artepak-artepak maupun fosil-fosil berbagai makhluq hidup dalam bentuk aslinya sehingga orang yang lahir kemudian dapat mengungkapkan asal muasal sejarah suatu bangsa, baik fisik, budaya, kebiasaan, perilaku dll dengan caranya sendiri, seperti terkubur selama ratusan tahun oleh abu vulkanik sebagaimana dialami Bangsa Yunani Kuno, tenggelam sebagaimana Firaun dan banyak lagi.
Namun belakangan ternyata catatan sejarah tersebut bisa diarahkan dan direkayasa dan ditutup-tutupi untuk suatu kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan ekonomi, politik, ideologi dll. Yang paling monumental adalah sejarah asal muasal manusia itu sendiri. Dimana hingga kini pendapat sebagian orang meyakini bahwa manusia diciptakan Tuhan sebagai manusia sejak dari awalnya tanpa melalui proses evolusi. Namun ada sebagian orang yang sangat dipengaruhi teori Charles Darwin bahwa manusia dan sejumlah binatang penghuni bumi ini adalah merupakan hasil evolusi suatu makhluq tertentu selama jutaan tahun. Belakangan Darwin dkk tidak dapat membuktikan data empiris terhadap teorinya itu, sehingga ia sendiri memberinya label missing link bahkan kelompoknya pun pusing harus membuktikan data empiris atas teorinya itu.
Walaupun demikian dalam sejarah muncullah segolongan orang yang merasa tercipta dari ras manusia murni bukan hasil evolusi, sehingga ia berhak untuk melenyapkan manusia dari hasil evolusi. Contoh konkritnya adalah upaya genoside (pemusnahan ras manusia) yang dilakukan oleh Adolf Hitler. Atau pemusnahan manusia oleh Jengis Khan terhadap manusia yang bukan ras Mongoloid. Atau pemusnahan manusia oleh bangsa Israel terhadap Bangsa Palistina dengan tujuan politik, tanah dan ekonomi.
Secara cerdik kadang penulis sejarah dapat merekayasa dan memutarbalikkan fakta sejarah menjadi cerita lain. Catatan tersebut kadangkala bila disampaikan berulang kali dan bahkan dijadikan acuan dalam mata pelajaran sejarah terhadap para pelajar maka tahun-tahun mendatang catatan pemutarbalikkan fakta sejarah itupun dianggap sebagai suatu kebenaran. Termasuk didalamnya sejarah Indonesia, lebih khususnya sejarah tentang G 30 PKI (Gerakan 30 September 1965) yang diiringi dengan Hari Kesaktian (Haksak) Pancasila pada 1 Oktober 1965.
Menurut penulis buku ‘Civil War ala PKI’, H. Piros Fauzan, dalam seminar sehari dalam memperingati Haksak Pancasila 1965, di Gedung Indonesia Menggugat, Sabtu 1 Oktober 2011, yang diselenggarakan Persatuan Masyarakat Anti Komunis (Permak), bahwa telah terjadi pembelokan opini terhadap sejarah Haksak Pancasila. Menurutnya pada tanggal 1 Oktober tersebut bukanlah Hari Kesaksian Pancasila melainkan hari dibantainya para perwira TNI yang anti komunis. Pada hari itu, katanya, terjadi kudeta dari kaum komunis terhadap Negara dan akan merubah dasar Negara Pancasila menjadi komunis. Namun upaya tersebut sempat dilawan oleh kalangan militer yang anti komunis sehingga terjadilah peristiwa pembantaian di Lubang Buaya, Jakarta.
Disamping itu, katanya, hari-hari selepas tanggal 1 Oktober belum ada tanda-tanda saksinya Pancasila, karena ajaran komunis yang tidak bertuhan masih belum dilarang, PKI belum dibubarkan dan masih banyak pejabat setingkat menteri maupun di kalangan petinggi militer yang masih berfaham dan menyokong gerakan komunisme di Indonesia.
Sekarang ini, katanya, ada kelompok pro PKI yang mulai memperjuangkan ke mahkamah internasional tentang peristiwa 1 Oktober 1965 bahwa mereka adalah korban kekejaman dan pembantaian kalangan anti komunis. Padahal yang benar adalah justru mereka itu pelaku kudeta yang akan mengubah dasar Negara Pancasila dengan mengorbankan banyak rakyat Indonesia. Karenanya Piros mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama berupaya meluruskan opini sejarah. Masyarakat harus tahu sejarah yang benar.
“Dengan meluruskan sejarah 1 Oktober 1965 kita dapat menghindari vonis bersalah dari mahkamah internasional atas peristiwa tersebut”, katanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar