Rabu, 13 April 2011

“METODE INOVASI BELAJAR MENULIS DAN MEMBACA SEBAGAI SOLUSI UNTUK PEMBERANTASAN BUTA AKSARA”

Pembangunan nasional bidang pendidikan pada dasarnya merupakan komitmen pemerintah dalam rangka melaksanakan amanat rakyat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.  Secara eksplisit amanat tersebut tercantum dalam Mukadimah UUD 1945 dan menjadi arah dan dasar kebijakan pembangunan pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 25 tahun 2000  tentang Program Pembangunan Pendidikan Nasional.
            Secara bertahap dan berkesinambungan pemerintah berupaya meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dalam rangka mencerdaskan bangsa untuk memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31, yang menyebutkan bahwa : “Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan”. Demikian pula pemerintah melakukan berbagai upaya perluasan dan pemerataan kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (GBHN, 1999 - 2004; UU No. 25, 2000).
            Tingkat pencapaian program pembangunan pendidikan untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat secara umum bisa diukur melalui perubahan dan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasil dicapai pada periode tertentu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator output pendidikan, antara lain angka buta aksara, rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) dan tingkat/jenjang pendidikan yang ditamatkan.  
                          Penduduk buta huruf adalah penduduk (usia 15 tahun keatas) yang tidak dapat membaca dan menulis huruf latin yang masih merupakan keterampilan dasar yang diajarkan di kelas-kelas awal jenjang pendidikan dasar / SD. Sensus kependidikan/BPS tahun 2003 angka buta huruf penduduk Indonesia usia produktif ( usia 15 – 45 tahun) adalah : 6,06%, tahun 2006 : 8,68%, tahun 2008 : 7,81% dan tahun 2010 diperkirakan naik menjadi di atas 9%. Sedangkan persentase penduduk perempuan menunjukkan angka lebih banyak dibanding penduduk laki-laki, kondisi ini menggambarkan bahwa taraf pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki.   Hal ini diduga akibat konstruksi sosial  yang  terbentuk  di  masyarakat.   Pentingnya membaca telah menjadi perhatian Ki Hajar Dewantara tokoh politik, pendidikan dan pendiri Taman siswa (1937). Tahun berdirinya Taman siswa, merupakan tonggak sejarah pencanangan pemberantasan buta huruf di Indonesia.
                        Demikian disadari, bahwa pendidikan suatu bangsa sangat mempengaruhi kualitas suatu bangsa, maka meningkatkan pembangunan sektor pendidikan menjadi bagian yang sangat penting. Lembaga dunia (UNDP) menjadikan angka buta huruf sebagai parameter untuk mengukur/menentukan kemajuan suatu bangsa, laporan yang dikeluarkan oleh UNDP, Human Development Index (IPM), Indonesia berada pada peringkat 111 dari 177 negara. Hal ini tentu sangat memprihatinkan kita semua. Yang lebih memprihatinkan lagi, dibanding dengan negara ASEAN, Indonesia berada di atas Vietnam (yang kita tahu negara itu baru saja bangkit setelah dilanda perang saudara yang betrkepanjangan.
            Masalah pendidikan sekarang sudah menjadi isu global. Artinya banyak negara menyadari bahwa masalah pendidikan ini bukan lagi masalah domestik, namun harus dipecahkan bersama.   Hasil forum pendidikan dunia yang diselenggarakan di Dakkar mengenai Pendidikan Untuk Semua (PUS) adalah bukti untuk hal tersebut. Beberapa poin penting yang disepakati dalam pertemuan tersebut sebagai kerangka aksi komitmen pemerintah berbagai negara dan masyarakat internasional. Yaitu :
1.      Perluasan dan peningkatan secara menyeluruh pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini.
2.      Memastikan bahwa pada tahun 2015 semua anak (terutama golongan minoritas, anak kurang beruntung memperoleh akses dan dapat menyelesaikan pendidikan dasar yang bermutu secara gratis.
3.      Tercapainya peningkatansebesar 50 persen dari angka melek aksara orang dewasa (terutama perempuan) pada tahun 2015 dan akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa.
4.      Memastikan bawa kebutuhan belajar dari semua pemuda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang merata terhadap program pembelajaran dan kecakapan hidup.
            Dengan penuh percaya diri pemerintah Indonesia, Mendiknas Prof.DR Bambang Sudibyo   bertekad menurunkan angka buta aksara hingga tahun 2009. (lebih cepat 6 (enam) tahun dari kesepakatan Dakar.   Dengan target tersebut Tahun 2007 disediakan anggaran 1,25 triliun rupiah, tahun 20-11 sebesar 1,5 triliun rupiah dengan strategi dan harapan pemberantasan buta aksara, tidak sekedar mengajarkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta berbahas Indonesia; tetapi juga memilki makna yang luas yaitu sebagai cara peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin agar mereka menjadi insan yang cerdas, sehat produktif dan mandiri.
            Kantong buta aksara yang mendapat prioritas di Indonesia, adalah sebanyak 81% lebih terkonsentrasi di sembilan propinsi, yakni Jawa Timur, Jawa barat, Banten, alimantan Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat/Timur dan Papua Sedangkan sisanya dibagi rata di propinsi lainnya.  Apakah pasca pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu periode pertama target tersebut tercapai ?
            Bila melihat laporan pemerintah yang diterbitkan pada jurnal dan data statistik mungkin hasil pencapaian kerja keras pemberantasan buta aksara mencapai sasaran. Namun bila kita terjun ke lapangan, ternyata keadaan berbeda.  Tidak mengherankan jika kita melihat data statistik satu instansi dengan instansi lain terkadang ada perbedaan. Indonesia dikenal sebagai pengguna “rubber statistic”. Berbagai sanggahan dan saling menyalahkan untuk memperkuat jawaban masing-masing, membuat masyarakat menjadi bingung.
Pendataan tidak maksimal karena kurannya anggaran atau perbedaan metode pendataan adalah alasan yang pasti dan klasik. Namun tidak dapat disangkal lagi, bahwa penyimpangan anggaran oleh pelaksana dan manipulasi data (kesengajaan aparat) merupakan hal yang sering ditemui.  Tidak disangkal,  iming-iming penghargaan bagi Pemda yang berprestasi justru memacu aparat dengan sengaja memanipulasi data/ menyembunyikan kondisi sebenarnya di lapangan
Berkenaan dengan buta huruf dan budaya membaca, tahun 1964 para tokoh kependidikan dari 30 negara di lingkungan Asia Pasifik sepakat mendirikan asosiasi regional non pemerintah  Asia South Pasific Bureau for Adult Education / ASPBAE yang beranggotakan lebih dari 200 anggota organisasi.  Akhir bulan Desember 2004 dalam memperingati hari jadinya yang ke 40, ASPBAE melaksanakan berbagai kegiatan antara lain : seminar dan lokakarya di Yogyakarta dan pada akhir acara telah menyimpulkan, bahwa hasil yang dicapai dari program bersama; yaitu pemberantasan buta huruf menunjukkan “hasil yang tidak memuaskan”/gagal.  Sebagai tindak lanjut untuk mengatasi masalah tersebut adalah mencari strategi baru untuk memberantas buta huruf”  ( Harian KOMPAS  tg 24 Desember 2004).  
Sementara faktor yang diduga menjadi penyebab tingginya angka buta huruf di Indonesia yang selalu dikemukakan secara klasik a.l. “kurangnya anggaran pendidikan, kurangnya tenaga pengajar, kemiskinan, daerah terpencil dan budaya masyarakat”.
Prediksi/ hasil analisis tersebut tidaklah tepat /benar seluruhnya.  Fakta menunjukkan : berapa ratus persen tenaga guru, anggaran biaya program pemberantasan buta aksara yang dari tahun ketahun ditingkatkan, namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan dan justru angka buta aksara bertambah setiap tahunnya, demikian pula di kota-kota besar penyandang buta aksara  cukup banyak.
Penyebab yang diprediksi tersebut di atas merupakan faktor yang menyebabkan kegagalan pembangunan pendidikan secara umum dan bukan spesifik sebagai penyebab gagalnya pemberantasan buta aksara. Pengalaman kegiatan sosialisasi pendidikan di lapangan (kantong buta aksara) sejak tahun 2005, kami menyimpulkan, bahwa faktor utama penyebab gagalnya pemberantasan buta aksara selain lemahnya komitmen pemerintah yang tidak utuh, juga karena  “metode pembelajarannya” yang tidak efektif & tidak efisien.
Semestinya pola pembelajaran terus berkembang sejalan dengan kemajuan riset, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dinamis, baik dilakukan melalui lembaga formal, non formal maupun inisiatif individu/kelompok yang peduli pada bidang pendidikan. Diharapkan kreatifitas akan menghasilkan perubahan pandangan dan penemuan-penemuan baru (inovasi) yang positif bermanfaat bagi masyarakat.  Temuan inovatif yang teruji, hendaknya mendapat apresiatif, terutama dari pemangku kepentingan.
Terkadang kita (Indonesia) terlalu terpukau dengan penemuan-penemuan dan produk berlabel “luar negeri” (import minded), menganggap sesuatu yang datangnya dari luar lebih baik dalam segalanya, dalam kenyataannya tidak selalu benar. Penulis menduga, hal tersebut sebagai akibat hilang/tidak mempunyai rasa percaya diri. Harus disadari bersama, bahwa hal tersebut akan merendahkan derajat/martabat bangsanya sendiri, sekaligus mengakarnya sifat ketergantungan yang sangat merugikan bangsa sendiri.    Pada kenyataan banyak anak bangsa yang berprestasi mendahului bangsa lain, dan justru mendapatkan pengakuan/penghargaan masyarakat internasional daripada bangsa sendiri. Tidak kurang dari 300 orang peneliti orang Indonesia yang bekerja untuk negeri tetangga Malaysia.
Angka melek huruf, minat baca, jenjang sekolah yang ditamatkan (means year of schooling) dijadikan parameter, oleh lembaga dunia seperti UNDP, UNESCO, UNICEF, WHO dll. untuk mengukur, menilai indeks pembangunan Manusia (IPM). Maka negara-negara maju/donor memberikan bantuan dana (pinjaman/grant) untuk program pemberantasan buta huruf yang tidak sedikit jumlahnya.  Tetapi mengapa angka buta huruf masih tetap tinggi ?  apa yang salah ?   
Penulis sebagai anak bangsa yang peduli pendidikan, berupaya dengan senang hati mencoba “memberikan respons yang positif terhadap kondisi yang negatif kepada negara dan bangsa Indonesia yang sedang mengalami kemunduran dan ketertinggalan dalam berbagai bidang, (termasuk bidang  pendidikan ). Kontribusi/sumbang gagas/pemikiran diharapkan mendapat respons positif dari seluruh komponen bangsa yang bertanggung jawab khususnya untuk pembangunan pendidikan Lebih jauh berharap, bila manfaat kreatifitas tersebut dapat dilihat/dirasakan manfaatnya secara nyata oleh bangsa Indonesia, dapat dijadikan sumbangan pula sebagai sumbangsih bangsa Indonesia untuk pendidikan universal. 
      Sejak tahun 2005 telah mencoba melakukan pendekatan pada salah satu bagian kecil dan mendasar, yaitu tentang keaksaraan dan metode pembelajarannya, yang diprediksi sebagai penyebab gagalnya program pemberantasan buta huruf, baik di dalam negeri maupun luar negeri (universal).
Dengan memanfaatkan waktu luang penulis mencoba membuat disain metode aplikasi pembelajaran menulis/membaca, melakukan uji coba (try out) ke beberapa daerah untuk menguji validitasnya.   Sangat bersyukur, bantuan dari berbagai pihak : para Kepala sekolah Negeri/Swasta, Kelompok Ibu -Ibu PKK, Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli pada dunia pendidikan, individu/Orang tua siswa didik;  akhirnya secara sah telah mendapatkan Hak Cipta dari Departemen Hukum dan HAM ( diakui sah oleh pemerintah), dengan nama metode “Gerak & Imajinasi”, diterbitkan pertama kalinya oleh penerbit PT. GRASINDO dan mendapat nomor ISBN ( International Standard Book Numbering ):  979-732-945-3 , Tahun 2010 diterbitkan oleh KAIFA (Group Mizan) .
              Metode inovasi (baru dan berbeda) dalam penerapannya merupakan sinkronisasi fungsi otak kiri dan otak kanan.    Pendapat para ahli, menyatakan, bahwa sinkronisasi fungsi otak akan mengoptimalkan fungsi otak secara keseluruhan. Metode sejenis yang sudah dikenal masyarakat umum antara lain metode pembelajaran aritmatika (sempoa), dengan/tanpa alat siswa dapat menunjukkan kemampuan berhitung yang luar biasa. Hal tersebut menunjukkan, bahwa kemampuan imajinasi demikian luar biasa.

 Siswa didik yang mendapat pelatihan/ pembelajaran menulis dan membaca dengan metode inovasi tersebut, dalam waktu yang relatif sangat singkat dapat  merespons dengan baik dan menunjukkan kemampuan yang lebih dibanding dengan menggunakan metode konvensional (yang dianut sekolah-sekolah formal/non formal).         
 Pembelajaran baca-tulis yang diawali kemudahan, akan memotivasi siswa untuk belajar dengan senang dan mandiri. Terlebih bagi anak, dunia mereka adalah “dunia bermain”, maka hendaknya pembelajaran yang baik dapat menyesuaikan dengan dunianya. Belajar disusesuaikan dengan kondisi psikologis dan tidak menimbulkan perasaan tertekan yang dapat mengakibatkan trauma.
 Hasil try-out di lapangan semakin mengukuhkan kesimpulan penulis, bahwa yang menjadi faktor kegagalan pemberantasan buta huruf adalah “metode” pembelajarannya yang tidak tepat/tidak efektif dan tidak efisien.   Dengan demikian alasan “klasik” yang selalu mengemuka (kurangnya tenaga pengajar, kurangnya anggaran, budaya masyarakat, daerah terpencil dan kemiskinan) adalah keliru ?
              Sebaik apapun metode inovatif, tidak akan bermanfaat bagi masyarakat luas jika pemerintah sebagai pemangku kepentingan tidak selektif, kurang membuka diri dan memberi kesempatan kepada kreativitas dan inovasi yang dikembangkan dan teruji.
  Perbedaan dan Keuntungan Menggunakan metode Inovasi (Gerak & Imajinasi) antara lain :
~* Sinkronisasi fungsi otak kiri dan otak kanan terbukti mengoptimalkan fungsi otak secara keseluruhan, menajamkan daya ingat dan kemampuan berkonsentrasi (motorik halus dan photografic memorie), sehingga siswa belajar secara efektif & efisien ;
~* Awal belajar, siswa mendapatkan arahan yang singkat, jelas dan mudah difahami, diaplikasikan dengan mudah; sehingga dapat memotivasi  siswa untuk belajar secara mandiri.
~* Awal belajar menulis siswa diperkenalkan dengan cara yang relatif mudah, yaitu belajar menulis huruf cetak besar (capital letter), dengan pertimbangan bahwa huruf cetak besar terdiri dari dua macam garis (garis lurus dan garis lengkung), sehingga secara teori/praktik menulis huruf besar tingkat kesulitannya relatif lebih rendah dibanding dengan menulis huruf cetak kecil/huruf sambung;
~* Waktu dan tenaga pembelajaran yang lebih cepat/singkat, mengurangi beban psikis (jenuh/bosan) siswa didik  dan penghematan biaya/anggaran yang harus dikeluarkan;
~* Kemudahan pembelajaran, pelatihan, akan membuka peluang bagi seluruh lapisan masyarakat untuk berperan sebagai pengajar, tutor/tendik (tidak memerlukan spesifikasi pendidikan yang tinggi/khusus), diharapkan membantu program pemerintah untuk percepatan pemberantasan buta huruf sekaligus membuka lapangan pekerjaan yang baru;  memudahkan pelayanan pengajar ke daerah terpencil;
~* Keterampilan motorik halus / pemahaman cara menulis menulis huruf latin memudahkan siswa didik untuk belajar menulis huruf  hija`iyah  (Arab) dan lainnya.
 Pemberdayaan kaum perempuan
 Peran orang ibu dala rumah tangga sangat penting. Suksesnya sebuah keluarga sangat ditentukan peran seorang ibu. Jika seorang ibu  dapat memahami dan mau melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam mendidik dan mengarahkan anak dengan baik, dengan segala tuntunan dan keteladanan pada anak. Insyaallah akan akan terlahir generasi anak yang unggul, mumpuni, mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kehidupannya kelak Sebagaimana Allah berfirman, “Dan hendaklah takut kepada Allah SWT,  orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak- yang lemah, mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar“ (an-Nisa:9).   Demikian pula hadist Rasulullah SAW, yang menerangkan betapa sangat tinggi dan terhormatnya keberadaan dan peran ibu dalam rumah tangga/bagi anak.  Jika hal tersebut benar-benar difahami, maka program pendidikan masyarakat hendaknya dapat meningkatkan pemberdayaan komponen bangsa agar lebih proaktif;  sehingga partisipasi dan hasil pembangunan pendidikan akan lebih optimal.
 Baru sebagian kecil masyarakat / orang tua siswa didik yang berperan dan peduli dalam pembelajaran menulis dan membaca, bila peran mereka dioptimalkan akan menumbuhkan kader-kader manusia yang cerdas.    
              Menulis dan Membaca Adalah Urat Nadi Peradaban dan Menjadi Ciri Budaya Masarakat Maju.             
 Membaca dan menulis merupakan hierarki level/kebutuhan dasar dalam tahapan tumbuh kembang kemampuan berkomunikasi. Untuk dapat membaca dan menulis diperlukan kematangan tahap kembang, seperti kematangan biologi / motorik, kognitif dan emosi.  Bagi individu manusia, membaca akan meningkatkan kepintaran juga kecerdasan. Menjadikan seseorang tercerahkan, karena makin bertambah wawasannya dan pada galibnya memahami  kehidupan.   
Para Imajinator dan pencerah masa depan lahir terus menerus di pelbagai penjuru dunia. Orang besar, agamawan, filsuf, kaum cerdik pandai, penemu  & penemuan baru, kemajuan iptek harus lahir terus menerus karena keterbatasan SDA dan pertumbuhan / populasi penduduk bumi.  Mengapa demikian ?, tidak lain adalah telah tumbuhnya kebiasaan membaca yang tinggi dan berakibat tumbuhnya budaya menulis, meneliti dan mencintai ilmu pengetahuan. Kebudayaan membaca akan mengantar orang untuk memenangi masa depan, hingga pantas saja dikatakan penemuan buku cetak yang disertai tradisi membaca dan menulis merupakan pencapaian kultural yang berimplikasi dahsyat (Karlina Lelono dalam symposium Internasional Membangun Industri Penerbitan di Indonesia - yang diselenggarakan Yayasan Obor Indonesia, Pebruari 1999).
              Banyak orang mengetahui  manfaat dari membaca, sayangnya sebatas disadari dan belum menjadi kebiasaan.   Minat bangsa kita masih sangat rendah, tertinggal dibanding negeri-negeri tetangga.  Yang lebih memprihatinkan, rendahnya minat baca dapat kita temui di lapisan menengah yang lebih terdidik, sehingga manfaat langsung maupun tidak langsung dari investasi besar media baca belum terasakan. (minat baca masyarakat bangsa Indonesia peringkat di bawah Vietnam ).    
Parameter yang dipakai untuk mengukur minat / budaya baca adalah jumlah tiras seluruh surat kabar per kapita penduduk dan jumlah judul buku yang diterbitkan. UNESCO statistical Year Book 1993 tg 10 Mei 1996 berjudul“Indonesiaku Kurang Buku “ menunjukkan tiga kenyataan  :  Ketika kita berbicara tentang budaya membaca dan mulai membanding-bandingkan dengan negara lain, maka yang muncul adalah perasaan minder sekaligus penyesalan.   Sekarang, masalahnya apakah kita akan terus menyesali kondisi betapa keringnya budaya baca bangsa kita.   Atau kita lebih memilih menempatkan kondisi tersebut sebagai sesuatu yang tidak given-taken for granted, sehingga ada optimisme jika kita mau melakukan perubahan. ?
Angka buta aksara selalu dijadikan sebagai parameter untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan suatu bangsa (IPM), demikian juga menjadi isu sosial (karena pendidikan merupakan kewajiban pemerintah dan hak bagi setiap warga negara) . Maka kalau pemerintah/aparat kurang merespons masalah pembangunan pendidikan, khususnya buta huruf secara positif, dikhawatirkan  pandangan  dan isu sosial akan semakin menambah pandangan yang kurang baik terhadap kinerja pemerintah secara umum / keseluruhan.
  Gagasan Sosialisasi  dan Meningkatkan  Peran / pemberdayaan Seluruh  Komponen  Bangsa perlu mendapat respons seluruh komponen bangsa, karena maju mundurnya pembangunan pendidikan adalah menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa
Namun seperti kita ketahui, sekalipun kementerian Pemberdayaan Perempuan sudah ada sejak pemerintahan Orde Baru, namun tampaknya program pemberdayaan perempuan masih belum mendapat dukungan yang optimal dari kementerian lainnya; sekalipun sudah diterbitkan SKB Bersama untuk program pemberdayaanh kaum perempuan.
Kondisi dan kemampuan pemerintah dan legislatif serta birokrasi untuk yang harus dilalui serta pandangan tentang pembangunan pendidikan masih menjadi polemik yang panjang. Maka sosialisasi/program multi years untuk peningkatan kesadaran dan pengetahuan kepada seluruh  komponen  merupakan  prioritas  yang  harus  terus menerus didorong untuk digalakkan dan diutamakan. Lebih utama, pelaksanaan program kesetaraan harus benar-benar dipahami oleh aparat pelaksana di lapangan; karena hal tersebut terkait dengan budaya konvensional yang masih melekat di masyarakat.
              Tidak dapat disangkal, bahwa pendidikan memerlukan biaya yang cukup besar, namun hal tersebut tidak ada artinya; bila output pendidikan yang berkualitas akan berperan dalam pembangunan secara keseluruhan. Peningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang akan dapat menggali potensi SDA / SDM negeri kita yang melimpah, membuka kesempatan pekerjaan, munculnya produk kreatif yang bernilai ekonomi tinggi dlsb.  Mungkin  atas dasar pemikiran seperti tersebut diatas, dan adanya UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terdapat Pasal yang menyebutkan, bahwa kebutuhan biaya pendidikan dibebankan kepada masyarakat, maka pemerintah melakukan mobilisasi dana masyarakat melalui sekolah. akibatnya masyarakat tidak seluruhnya mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hanya golongan kelas sosial/ekonomi  tinggi  saja  yang  berpeluang  untuk  mendapat  kesempatan.
              Perkembangan terakhir perusahaan/lembaga non pemerintah menyadari, bahwa kemajuan sosial pendidikan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan akan berdampak positif terhadap perusahaan.  Mereka menyumbangkan sebagian keuntungannya melalui program Corporate Social Responsibility/CSR. Namun penyebaran CSR hendaknya tidak hanya terbatas bagi lingkungan dimana donatur berada, melainkan harus disalurkan secara adil dan merata. Khususnya kepada daerah yang tidak memiliki sumber alam yang mengahasilkan royalty, sehingga tidfak menimbulkan kesenjangan. Perubahan dan manfaat nyata/positif akan berdampak untuk kemajuan pembangunan pendidikan/mencerdaskan bangsa. 
Metode pembelajaran inovatif dalam segala  bidang diperlukan, terlebih sesuai  dengan berkembangnya kemajuan teknologi yang sangat cepat dan dinamis (abad komputer); kemampuan motorik halus/ menulis tetap/mutlak diperlukan.      Diharapkan metode inovasi  sebagai karya anak bangsa bukan hanya milik dari bangsa Indonesia, melainkan dapat dijadikan sumbangan bangsa Indonesia terhadap pendidikan Universal. Tidak kurang 1.250 bahasa di dunia menggunakan huruf latin, lebih 750 juta orang di dunia masih buta huruf (625,4 juta / 70% berada di negara-negara Sub Sahara Afrika, Asia Timur, Barat, Selatan Pasifik)
Tahun 2009 lebih dari 9 % penyandang buta huruf penduduk Indonesia, 200.000 unit Sekolah Dasar yang ada di indonesia dengan pola pembelajaran konvensional; merupakan beban yang sangat berat bila tidak dihadapi dengan serius. Berapa banyak anggaran yang akan dihemat dan kesempatan kerja yang akan terbuka ?
              PBB yang mencanangkan Education For All sejak tahun 1991, yang intinya ingin melihat sejauh mana para pemimpin negara memberikan hak pendidikan (dasar) bagi warganya (Indikator sebagai dasar penilaian : Pendidikan Dasar yang lengkap, kualitas input, kesetaraan gender dan keserasian). Hasil riset tahun 2005 di 14 negara Asia Pasifik (Bangladesh, Komboja, India, Nepal, Srilangka, Cina, Malaysia, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Kep. Solomon, Thailand, dan Vietnam).
 Asia South Pacific Bureau for Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education (GCE) telah memberikan nilai “E” (rentang peringkat A s/d F) untuk komitmennya pemerintah Indonesia dalam hal pembangunan pendidikan dasar. Jika dihitung dengan nilai maksimal 100, maka Indonesia hanya mendapat nilai 42.   Rangking Indonesia masih di bawah Bangladesh, Kamboja, India dan Vietnam. Malah lebih jauh terpuruk bila dibandingkan dengan Thailand, China, Malaysia dan Filipina. (Nani Zulminami/Executive Comittee Member ASPBAE/Koordinator Nasional Pekka (Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga).      
              Hendaknya penilaian rendah yang sesuai dengan kenyataan tersebut di atas, hendaknya dijadikan cambuk bagi bangsa kita untuk lebih serius membenahi dunia pendidikan.  Dengan dilibatkannya peran organisasi Kelompok ibu PKK/ rumah tangga, organisasi kemasyarakatan tingkat kelurahan/perdesaan (Karang Taruna/LSM), dalam program pendidikan/ pemberantasan buta huruf, penggalakkan budaya gemar membaca (dan pelatihan metode inovasi ) diharapkan akan meningkatkan kesadaran, menambah pengetahuan dan meningkatkan / optimalisasi peran serta masyarakat dalam rangka menunjang program pemerintah.     
Melibatkan/seluruh organisasi masyarakat, mahasiswa, pramuka, LSM dalam program strategis dan pelayanan pendidikan untuk daerah terpencil/wilayah perbatasan yang sulit terjangkau tenaga guru, dapat melibatkan peran prajurit TNI ( program TNI MD / TNI Manunggal Masuk Desa dan POLRI.  Walaupun keberadaan mereka sifatnya sementara, namun akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus diharapkan akan mengembalikan / meningkatkan citra TNI yang dikenal dengan slogan “berasal dari rakyat dan untuk rakyat”. 
Menghadapi masa yang akan datang yang berubah cepat dan dinamis serta  permasalahan yang multi kompleks, sangat diperlukan persiapan yang matang di berbagai sektor / bidang secara terpadu; termasuk pendidikan sebagai hulu/dasar yang akan merubah mental dan budaya positif, maju untuk menuju kearah perbaikan dalam bidang/sektor-sektor   lainnya.
              Bercermin kepada negara-negara maju yang sangat fokus pada dunia pendidikan telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti.  Basic pengetahuan dijadikan sebagai landasan pembangunan dan kemajuan teknologidan kreatifitas dan produktifitas akan menjadi andalan/keungguluan kompetitif.  Pengembangan produk-produk kreatif telah menunjukkan dan membawa masyarakatnya menjadi bangsa sejahtera, mandiri, dan negara yang disegani.    Karena hal tersebut masih diperlukan sosialisasi untuk meningkatan kesadaran dan peran, bahwa pembangunan pendidikan adalah tanggung jawab seluruh komponen bangsa.
              Khususnya dalam hal pemenuhan hak kaum perempuan di negara-negara miskin, berkembang masih sangat memerlukan perjuangan yang cukup panjang; diperlukan bukan hanya  kerja keras tapi juga berpikir keras.   Ketertinggalan kaum perempuan dalam berbagai aspek pembangunan akan merugikan suatu bangsa dalam jangka panjang.
Tidak disangkal, bahwa kaum perempuan dapat membuktikan kemampuan akademis, terlebih faktor kedekatan secara biologis/psikologis dengan generasi penerus; akan sangat menentukan  dalam kemajuan suatu bangsa.
Khususnya bangsa Indonesia, yang mempunyai tokoh perempuan yang terbukti telah berhasil mendobrak ketidak-adilan dan tokoh pendidikan, hendaknya menjadi dorongan semangat untuk bangkitnya pemberdayaan dan  kesetaraan gender.
 Slogan “Indonesia Bangkit” jangan hanya dijadikan “slogan kosong”  !  Ayo kita bangkit, tuliskan  nama  bangsa  dengan  tinta  emas !                               
(  Jakarta, 29  Mei 2010m,  I w a n   R  H. )

Lampiran : (diolah dari Statistik Pendidikan 2003, 2006, 2008, BPS, Susenas, KOR dan sumber lainnya (Internet/media lainnya).
Jumlah penduduk Indonesia th 2004/BPS       :    214.374.096 penduduk
Jumlah siswa didik (SD)                                  :    25.850849    siswa
Jumlah siswa SMP/sederajat                              7.466.458   siswa
Jumlah siswa SMU/sederajat                             5.051.640   siswa
Jumlah Sekolah Dasar seluruh Indonesia        :         200.000   unit SD
Jumlah penduduk di perkotaan dan perdesaan yang tidak/belum bersekolah :     
umur    7 - 12 tahun    :    2,09% x 214.374.096.   =   4.480.419 org    
umur  13 - 15 tahun    :    0.87% x 214.374.096    =    1.865.054 org    
umur  16 - 18 tahun    :    1 % x 214.374.096         =    2.143.741 org
Jumlah penduduk penyandang buta aksara usia produktif 15 – 45 tahun /laki-laki dan perempuan :
Tahun 2003 : 24,24% (atau rata-rata : 6,06% dari jumlah penduduk
Tahun 2006 : 34,72% (atau rata-rata : 8,68% dari jumlah penduduk
Tahun 2008 : angka sementara rata-rata 7,81%  dari jumlah penduduk dan
Tahun 2009 : diperkirakan cenderung mengalami kenaikan menjadi rata-rata di atas 9%
Kegagalan pemerintah dalam pemberantasan buta aksara antara lain : Kurangnya tenaga pengajar, kurangnya anggaran, perekonomian, daerah terpencil, kmemiskinan dan budaya masyarakat.
Pengamatan kami di lapangan selain faktor tersebut di atas, dapat ditambahkan faktor utama yang menjadi pokok masalah kegagalan pemberantasan buta aksara adalah :
-       Metode pembelajaran konvensional yang tidak efektif dan tidak efisien;
-       Program pemerintah belum memberdayakan/mengoptimalkan peran “Ibu”/ perempuan di lingkungan keluarga;
-       Pengawasan pelaksanaan tidak berjalan dengan baik (laporan penyimpangan anggaran pendidikan masih muncul di berbagai media) dan
-       Lemahnya metode analisis/identifikasi masalah, sehingga data menjadi tidak akurat/tidak sesuai dgn kondisi di lapangan.

Alasan tidak/belum bersekolah antara lain :- tidak ada biaya, - tidak suka/malu, - bekerja mencari nafkah,  - menikah/mengurus rumah  tangga,  - tidak diterima/dikeluarkan, - sekolah jauh, - merasa pendidikan cukup, - cacat dlsb (sakit/pikiran tidak mampu).
Jumlah penduduk di perkotaan dan perdesaan di Indonesia yang tidak bersekolah lagi /drop out di tingkat sekolah lanjutan Pertama & lanjutan Atas :
umur   7 - 12  tahun  :   1,49% x 214.374.096 org      =     3.194.174  org     
umur 13 - 15 tahun  :  18,13% x 214.374.096 org      =   38.866.023 org
umur 16 - 18 tahun  :  48,03% x 214.374.096 org      = 102.963.878 0rg
      
Informasi :

Laskar Duta Aksara                                         Yayasan Bunda Yessy
Jl. Sarikaso VII no. 10                                      Jl. Duren Tiga Raya no. 2 /depan Hotel KAISAR
(022) 2016828 /085888583335                       Pancoran – Jakarta Selatan
Sarijadi – Sukasari                                         
Bandung

CURICULUM VITAE
  Nama                           :    Iwan R. Hudaya
   Tempat , tgl lahir                  :    Garut, 29 mei 1952
   Alamat                                 :    Jl. Sarikaso VII no. 10 – Geger Kalong –  Bandung          
   Pendidikan                         :    SD, SMP dan SMA (1969 - 1971) di Garut                                                                                   :    Fak Ekonomi di Yogyakarta, Bandung
   Pengalaman Pekerjaan        :    ~ *  Swasta (1976 s/d 1982),
                                                           ~ *  Transmigrasi /petani (1982 - 1985)
                                                           ~ *   PNS/Dep.Perdagangan (Kab. Serang 1985-1988),
                                                           ~ *   Kanwil Depdag. Prop. Jabar (1988-1996)
                                                           ~ *   Dep. Perdagangan RI/Jakarta (1996 – 2008/pensiun)
  Hak Cipta                                :    Metode Gerak & Imajinasi (2005) Dep. Hukum & HAM
  Hobby                                     :    Membaca, berkebun, melukis/kesenian
  Kegiatan sekarang                   :    Relawan Sosial Kependidikan (“Yayasan Bunda Yessy dan   
                                                         “Laskar Duta Aksara”)

Jumat, 08 April 2011

CARA SAYA MEMPEROLEH ANAK LAKI-LAKI




Assalaamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh,

Mungkin sudah menjadi sifat dasar manusia, tidak pernah puas dengan apa yang terjadi pada atau diterima dirinya. Tapi karena hal-hal itulah dunia ini menjadi hidup dan penuh dengan dinamika serta bertambah luasnya ilmu pengetahuan.
Coba bayangkan besarnya dana (mungkin bernilai trilyun rupiah) yang beredar di seluruh dunia perhari dan berapa ribu lapangan kerja tercipta hanya karena berbagai alasan sebagian orang ingin menurunkan berat badannya, sementara sebagian yang lainnya dengan berbagai alasan pula ingin menaikan berat badannya. Sebagian lagi berusaha agar kulitnya jadi putih, sementara yang lainnya sampai jauh-jauh berwisata ke negara-negara tropis untuk berjemur dipantai agar kulitnya jadi hitam. Sebagian lagi dioperasi plastik muka serta organ tubuh lainnya agar terlihat cantik bak bidadari , sampai-sampai orang lain keheranan karena profil anak kandungnya jauh berbeda dengan profil ibunya yang cantik jelita. Dan seterusnya.....seterusnya.
Begitu juga halnya seorang teman yang menginginkan anak perempuan, berbalikan dengan saya yang menginginkan (Alhamdulillah sudah tercapai) anak laki-laki. Saya mendapatkannya relatip tanpa mengeluarkan biaya yang tinggi, maksud saya normal-normal saja.
27 tahun yang lalu anak pertama kami lahir, perempuan, tentu saja sangat menyenangkan karena anak tersebut seperti anak-anak yang lainnya lucu dan sehat.
Tapi ketika memperhatikan beberapa teman dekat dan 1 kakak kandung saya yang punya anak seluruhnya (3) perempuan, rasa khawatir timbul juga. Bagaimana tidak, kami berencana punya 2 anak saja dan tentu agar bervariasi, punya anak laki jadi target kami.
Nah mulai saat itu saya cari informasi serta artikel-artikel mengenai kehamilan dan cara dapatkan anak laki, tidak mudah karena saat itu “internet” belum dikenal.
Terus terang yang pertama saya tela’ah malah dongeng si Kabayan yang 3 kali gagal dapat anak laki-laki, walaupun vulgar seperti kebanyakan dongeng orang Sunda tapi ternyata ilmiah juga dan cara itu pula yang saya lakukan.
Bagi kita umat Muhammad SAW sudah seharusnya Al Qur’an lah yang kita jadikan narasumber primer, seperti QS dibawah ini

Qur’an Surah 53 (An Najm),
Ayat 45:
“dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,”
Ayat 46:
“dari air mani, apabila dipancarkan.”

adalah salah satu Surah Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia. Nah yang saya pertanyakan adalah kenapa dari satu jenis cairan (sperma) yang dipancarkan, dapat tercipta laki-laki
atau perempuan?
Menurut artikel yang saya baca dan film yang saya pernah tonton (mohon dikoreksi apabila salah) cairan sperma/mani itu ternyata mengandung 2 macam chromosome, yaitu chromosome-X dan chromosome -Y yang berbentuk seperti kecebong atau fase awal anak katak dan hanya bisa terlihat dengan bantuan microscope. 1 cc sperma/mani berpopulasi puluhan juta 2 macam chromosome tersebut.
Chromosome-Y berpostur ramping dan gerakannya lincah, sedangkan Chromosome-X berpostur lebih gemuk dan lebih lamban gerakannya dibanding chromosome-Y, tetapi katanya relatip lebih panjang umurnya.
Adapun didalam rahim wanita yang sedang dalam masa subur biasanya hanya terdapat satu (dapat lebih dalam keadaan luar biasa) buah sel telur/ovum yang di istilahi chromosome-X.
Apabila air mani dipancarkan ke arah sel telur (seperti disebutkan QS 53, Ayat 45 & 46), maka hanya salah satu dari sekian (puluh/ratus) juta chromosome-X atau Y yang akan bersatu (kawin) dengan sel telur tersebut.
Setelah “perkawinan” tersebut terjadi, maka sekian (puluh/ratus) juta (kurang satu) “chromosome sperma” lainnya jadi bujangan abadi sampai wafatnya, kasihan ya (tidak ada poliandri ataupun poligami dikalangan mereka).
Apabila salahsatu “chromosome-X sperma” yang beruntung mengawini satu-satunya “chromosome-X ovum”, maka akan tercipta janin perempuan, sedangkan bila “chromosome-Y sperma” kawin dengan “chromosome-X ovum” akan berproses menjadi janin laki-laki.
Jadi sudah seharusnya kita (baik laki-laki maupun perempuan) bersyukur karena Anda adalah satu-satunya “pemenang” dari sekian juta/milyar pesaing Anda.
Dari pengetahuan yang terbatas itulah saya menyimpulkan bahwa kita diberiNya peluang dan harapan untuk memperoleh anak dengan jenis kelamin seperti yang kita inginkan.
Tapi karena kemungkinan yang dikaruniakanNya tersebut sangat kecil bahkan hampir mustahil, disinilah kita di “paksa” untuk mengakui Alloh SWT itu “Esa” dan hanya kepadaNya kita harus menyembah dan mohon pertolongan.
Atas anjuran dari atikel lainnya, lebih dari setahun sebelum alat kontrasepsi istri dilepas (saya berencana punya anak  dengan selisih usia 4 tahun), saya tidak bersedia lagi bantu istri mengerjakan pekerjaan-pekerjaan perempuan dan selalu menyelesaikan masalah keluarga tanpa berkonsultasi dengan istri, serta berperilaku seolah-olah karier saya sedang meningkat. Pokoknya buatlah istri kita “sebel” sekaligus “bangga” dengan suaminya, ini dilakukan agar “vagina” istri kita lebih permissive terhadap “chromosome-Y” daripada terhadap “chromosome-X” sperma suaminya. Juga agar populasi “chomosome-Y” jadi jauh lebih besar dibanding populasi “chromosome-X” pada sperma suami.
Seperti yang dilakukan oleh si “Kabayan”, setelah alat kontrasepsi istri dilepas saya “bercinta” normal-normal saja, tapi ketika ejakulasi “sperma”nya saya pancar/lepaskan sejauh mungkin dari “ovum” istri saya . Tentu saja saya berharap dengan cara tersebut agar “chromosome-Y sperma” yang jauh lebih lincah dan populasinya jauh lebih besar dibanding “chromosome-X sperma” saya akan memenangkan pertandingan “sprint” tersebut.
Sekarang setelah 27 tahun istri (hampir tanpa saya yang laki-laki) mengurus mereka dengan susah payah, Alhamdulillah anak pertama kami (perempuan) jadi SD dan anak kedua (laki-laki) jadi SE dari 2 perguruan tinggi negeri terkenal di Bandung dan dua-duanya sudah bekerja. Sekarang kami sedang asyik-asyiknya mengurus anak (bonus) ketiga yang lahir 8 tahun kemudian setelah anak kedua, masih kelas-1 SMU dan perempuan (tuh kaaaan).
Terbersit juga rasa bangga bila usaha dan keinginan kita dikabulkanNya, apalagi paling tidak ada 3 rekan saya yang berhasil setelah mengikuti cara-cara yang saya lakukan, dua anak pertama mereka seluruhnya perempuan.

Wassalaam Warahmatullohi Wabarokatuh
Tatan Sontani

Senin, 04 April 2011

Selly, Malinda Dee dan Gayus Gaya Hidup Metropolitan

Terungkapnya kasus sicantik Selly penipu, Inong Malinda Dee dan sebelumnya Gayus Tambunan adalah merupakan fenemona gunung es yang mencuat sedikit keluar sementara yang besarnya terpendam di dalam. Ketiganya merupakan sosok yang mewakili gaya hidup metropolitan. Dimana dengan upah atau gajih bulanan bahkan dengan pendapatan seorang pengusaha pun masih unggul mereka. Alasannya kekuatan financial mereka lebih leluasa dari seorang buruh, pekerja atau pengusaha.
Gaya hidup metropolitan ini seringkali dilakukan banyak orang di kawasan kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan atau kota-kota lain di luar negeri.
Ciri-ciri gaya hidup metropolitan, seperti; makan di café, restoran. Tidur di hotel berbintang. Pelesiran ke: Bali, Thailand, Hongkong, Kuala Lumpur, Amrik. Punya apartemen pribadi, rumah mewah, mobil mewah yang jarang pemiliknya. Perhiasan atau asesoris pribadi seperti HP, Laptop, kacamata, sepatu dll dengan merk luar negeri.
Gaya hidup tersebut tentu saj tidak bias dijalani bila upah bulannya hanya Rp 1,5 -5 juta tapi harus puluhan bahkan ratusan juta perbulan. Tapi perusahaan mana yang mau menggaji sebesar itu. Jalan pintasnya ya itu tadi; menipu, menggarong, membobol tabungan orang, korupsi atau kongkalikong.

PERIHAL PENENTUAN AWAL ATAU AKHIR BULAN KALENDER HIJRIYAH

Tulisan Tatan Santoni
Sampai sejauh ini persoalan penentuan awal atau akhir bulan Kalender Hijriyah, terutama untuk bulan Ramadhan dan Syawal selalu saja membingungkan umat “Islam kebanyakan”. Maksud saya umat Islam yang tidak berniat atau berkeinginan mengetahui cara penentuan tersebut dan hanya taklid pada putusan para Ulama dilingkungan mereka saja atau turut pada keputusan resmi Pemerintah.
Adapun para Pemuka Agama atau Pemuka Organisasi Masa Agama Islam di Negara kita ini, seolah tidak memperdulikan dampak buruknya terhadap kerukunan umat, baik umatnya sendiri maupun umat dari kalangan lainnya, ketika membacakan keputusan organisasi yang dipimpinnya tentang awal dan akhir bulan Ramadhan atau awal Syawal yang berbeda dengan keputusan Organisasi Masa Islam lainnya. Ragu untuk menentukan hari permulaan dan akhir puasa Ramadhan, karena perasaan berdosa bila jumlah hari puasanya kurang, tetapi “haram” bila berpuasa pada hari raya Iedul Fitri.
Sejauh yang saya pahami terhadap pernyataan-pernyataan mereka, baik dari aliran-keagamaan non formal yang kecil-kecil sampai kepada organisasi-keagamaan formal yang besar-besar, ada kecenderungan penetapannya dipengaruhi oleh ketetapan Kerajaan Arab-Saudi. Bagi mereka adalah suatu kejanggalan bahkan mustahil ada Negara yang waktunya 4 sampai 6 jam “belakangan” dibandingkan dengan waktu Indonesia (WIB sampai WIT), malah menetapkan hari raya Iedul Fitri 1 hari lebih “duluan” dari hari raya Iedul Fitri yang resmi ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.
Sehingga mereka beralasan demi menghormati keputusan Kerajaan Arab-Saudi, maka mereka mengikuti keputusan kerajaan tersebut.
Agar lebih jelas, ada baiknya saya kutipkan apa saja yang menjadi dasar penetapan bulan dan tahun kalender Hijriyah tersebut. Karena terus terang masih banyak yang memposisikan diri sebagai orang awam, yang karena sesuatu hal tidak sempat mempelajarinya. Bahkan ada seorang rekan yang mengikuti dan menyarankan untuk mengikuti sikap Ustadz kelompok pengajiannya. Ustadz tersebut “sangat bijaksana” karena menyatakan yang mana saja yang kita yakini kebenarannya, maka itulah yang benar? Nah lho!
Yang menjadi dasar atau pegangan umat Islam tentu saja sudah seharusnya Al Qur’an dan As Sunnah, coba saja simak

a. Surah 36 (Yasiin), Ayat-39:
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua ¤.

¤ Maksudnya: Pada awal dan akhir bulan, Bulan akan berbentuk seperti tandan tua kering yang melengkung atau bulan sabit yang sangat tipis.

b. Surah 9 (At Taubah/Pengampunan), Ayat-36:
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

c. Sunnah Nabi Muhammad SAW:
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)".

• Pada awal bulan kalender Hijriyah, Bulan-Sabit yang sangat tipis akan tampak relatip sangat sebentar di ufuk- barat sesaat setelah Matahari sore terbenam dan itulah yang dinamakan “Hilal”. Penampakan Hilal dipakai sebagai tanda bahwa mulai “maghrib” saat itu kita memasuki tanggal 1 dari bulan baru pada Kalender Hijriyah. Dalam penanggalan Hijriyah “malam” adalah 12 jam pertama dan “siang” adalah 12 jam terakhir dari suatu hari.
Sedangkan pada akhir bulan kalender Hijriyah, Bulan-Sabit yang sangat tipis akan tampak relatip sangat sebentar di ufuk-timur sesaat sebelum Matahari pagi terbit. Namun terus terang saja saya belum tahu namanya.
• Adapun pada Surah Yasiin tersebut diatas seolah-olah Bulan mempunyai manzilah-manzilah atau orbit lebih dari satu. Hal itu karena Alloh SWT menggambarkan perjalanan Bulan seperti yang terlihat oleh manusia yang ada di Bumi, seolah pergerakan Bulan dalam mengelilingi Bumi dari barat ke timur terjadi pada garis lintang yang berbeda pada setiap malamnya. Hal itu dimungkinkan karena Alloh SWT menetapkan Bulan mengorbit Bumi tidak persis dari arah Barat ke arah Timur, diatas dan sejajar dengan garis Khatulistiwa (seperti orang yang sedang bertawaf bila kutub-utara diibaratkan atap “Ka’bah”), tapi lebih cenderung dari arah Barat-Daya atau Barat-Laut ke arah Timur-Laut atau Tenggara dengan sudut “Inklanasi” sekitar 5 Derajat (silahkan koreksi, bila salah). Karena ketetapan maupun ciptaan Alloh SWT tidak ada sedikitpun yang sia-sia (Surah Ali ‘Imran Ayat-190 & 191), maka bagi saudara-saudara yang merasa “berakal” tentu akan tertantang untuk mengungkapkan alasannya.
• Menurut pengamatan orang-orang “terpilih” dahulu, Bulan mengorbit Bumi tidak dalam waktu “30” hari pas, tetapi dalam waktu kurang lebih “29,5” (dua puluh sembilan setengah) hari. Sehingga Nabi Muhammad SAW menganjurkan, apabila Hilal terhalang (telah terbenam?) atau tidak terlihat, maka genapkan (istikmal) bulan yang sedang berjalan menjadi 30 hari dan otomatis bulan berikutnya menjadi 29 hari.
• Ada hal istimewa pada ketetapan Alloh SWT dalam interaksi antara Bumi dan Bulan, yaitu:
1 kali rotasi Bulan memerlukan waktu yang persis atau mutlak sama dengan waktu yang diperlukan Bulan tersebut untuk 1 kali mengorbit Bumi. Sehingga hanya bagian permukaan Bulan yang tampak sampai saat inilah, yang dapat dilihat kita dari Bumi sepanjang masa. Seperti layang-layang yang sedang mengudara, kita hanya bisa melihat permukaan yang bergambarnya saja dan tidak bisa melihat permukaan yang ada kerangkanya. Atau dengan kata lain tidak ada seorangpun yang pernah melihat permukaan Bulan sisi lainnya, kecuali tentunya beberapa Astronaut Amerika yang pernah mengorbit Bulan dengan wahana Apollo? (akhir-akhir ini makin dipertanyakan kebenarannya).
Saya kira sampai sekarang belum ada seorangpun yang mengetahui, bagian Bumi yang mana yang pegang “benang” kalau saja Bulan diibaratkan sebuah layang-layang yang sedang mengudara. Mungkin ada diantara Anda yang tahu?

Kini kita memasuki Millenium ke-3 dimana sebagian besar segi kehidupan begitu tergantung bahkan kita percayakan pada alat elektronik canggih yang bernama Computer. Begitu juga kegiatan-kegiatan keagamaan umat Islam, tidak terlepas dari penggunaan teknologi tersebut. Diantaranya penggunaan piranti-piranti lunak yang membantu kita meng”hisab” perjalanan Bulan dengan ketepatan yang sangat tinggi. Dengan bantuan piranti lunak tersebut, kita dapat mengetahui kapan terjadinya Hilal beratus-ratus tahun kebelakang atau kedepan dan lokasi mana saja diseluruh tempat pada permukaan Bumi ini “aktual Hilal” (Hilal yang terjadi pada bulan dan tahun tertentu) dapat terlihat.
Begitu canggihnya piranti lunak tersebut, sehingga hasil hisabnya untuk “waktu penampakan” Hilal ditampilkannyapun dalam format “tanggal berapa, hari apa, jam berapa dan menit serta detik keberapa”. Juga karena ketepatannya tersebut, maka dipakailah hasil hisab Computer tersebut sebagai dasar untuk penetapan tanggal 1 bulan Ramadhan atau Syawal Kalender Hijriyah oleh organisasi-organisasi keagamaan tertentu. Dan biasanya dalam prakata pengumuman resmi yang dibacakan oleh pemimpin ormas-ormas tersebut selalu saja disebutkan, bahwa walaupun karena sesuatu dan atau beberapa hal lainnya menyebabkan penampakan Hilal tidak terlihat, tetapi berdasarkan hisab yang kami lakukan seharusnya Bulan yang berumur sekian jam berada sekian derajat diatas garis horizon pada “tanggal sekian, hari anu, jam sekian, menit dan detik kesekian” sore ini, maka kami menetapkan mulai magrib ini sebagai tanggal 1 Ramadhan atau Syawal. Pernyataan tersebut jelas mengenyampingkan anjuran Nabi Muhammad SAW tersebut diatas, yang menurut saya walaupun sederhana tetapi lebih aktual. Ketepatan yang sangat presisi (sepersekian detik) dalam beberapa hal memang sangat diperlukan, semisal dalam pertandingan atletik atau renang dan sebagainya. Tapi konsekwensinya sangatlah kecil dan hanya berdampak pada beberapa orang atau atlet saja. Sedangkan penentuan awal atau akhir bulan kalender Hijriyah sendiri sebetulnya hanya memerlukan ketelitian 1 hari atau 24 jam saja, sangat sederhana tapi dampaknya bisa sangat besar. Bila penetapan tanggal 1 Ramadhan atau Syawal para Pemuka-pemuka Agama ditambah lagi pengumuman resmi dari Pemerintah berbeda-beda, maka berapa ratus juta orang yang ragu menentukan tanggal mulai dan selesainya berpuasa wajib Ramadhan.
Untuk lebih jelas maka saya tampilkan gambar dibawah ini, ma’af hanya sketsa penafsiran saya saja dari sekian artikel yang saya baca.

Keterangan:
Ijtimak atau conjunction adalah saat Matahari, Bulan dan Bumi berada pada 1 (satu) garis-sumbu.

Pada sketsa diatas tidak mungkin Hilal (Bulan Sabit berumur 8 jam terhitung dari saat Ijtimak, sesuai dengan kriteria Imkanur Rukyat Mabims) terlihat di Jakarta, tapi Hilal akan nampak empat jam kemudian dan terlihat oleh orang di Mekah dan sekitarnya, sehingga sejak Magrib itu Mekah dan sekitarnya disepakati memasuki tanggal 1 Syawal sebagai akhir dari puasa wajib Ramadhan kita.
Saya katakan hadits Nabi Muhammad SAW tentang awal dan akhir bulan Ramadhan tersebut diatas lebih aktual, coba simak saja Firman Alloh SWT seperti dibawah ini

a. Surah-13 (Ar Ra’d/Guruh), Ayat-2:
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

b. Surah-31 (Luqman), Ayat-29:
Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

c. Surah-35 (Faathir/Pencipta), Ayat-13:
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.

d. Surah-39 (Az Zumar/Rombongan-Rombongan), Ayat-5:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

Menurut Surat-surat Al Qur’an tersebut diatas Matahari dan Bulan beredar (pada orbitnya?) sampai dan menurut waktu yang ditentukan. Apakah peredaran atau perjalanan Matahari dan Bulan tiba-tiba dihentikanNya bila waktunya telah tiba, atau melalui suatu proses. Sepanjang yang saya ketahui bila Alloh SWT menciptakan atau menetapkan sesuatu selalu saja melalui suatu proses yang berdimensi waktu, tentu agar kita dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.
Walau tidak mampu menghitung berapa percepatan penambahan jarak Bumi-Bulan, tapi sampai saat ini saya percaya akan adanya penambahan jarak tersebut. Coba simak hipotesa para astronom yang menyebutkan bahwa alam semesta ini sedang dalam keadaan berekspansi sejak terjadinya “ledakan-besar”, juga dalam Al Qur’an:

a. Surah-52 (Ath Thuur), Ayat-5:
dan atap yang ditinggikan (langit),

b. Surah-88 (Al Ghaasyiyah), Ayat-18:
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

Walaupun penambahan jarak Bumi-Bulan (jari-jari orbit Bulan) persatuan waktunya sangat kecil, yang diantaranya disebabkan adanya penyusutan massa Bumi yang dikonversi menjadi energi panas dipusat Bumi ataupun dengan semena-mena oleh kita. Oleh karena “gaya centrifugal” yang dikenakan Alloh terhadap Bulan tetap sedangkan “gaya centripetal” Bumi melemah karena penyusutan massa Bumi tersebut diatas, maka waktu tempuh Bulan untuk mengorbit Bumi pun akan makin lama, karena keliling lingkaran orbitnya secara perlahan tapi pasti menjadi lebih panjang. Artinya jumlah hari dalam sebulan pun akan bertambah terus walaupun mungkin sangat kecil dan dapat diabaikan, tetapi hal ini tetap saja menjadikan Sunnah Nabi Muhammad SAW lebih aktual. Atau Rukyat lebih aktual dibanding Hisab. Tetapi akan lebih efektip jika Hisab dilakukan untuk menunjang kegiatan Rukyat, karena posisi Hilal atau Bulan dapat diperkirakan jauh hari sebelumnya, sehingga tim Rukyat akan langsung memperhatikan atau memonitor sudut tertentu saja di ufuk barat.
Pada permulaan tulisan ini diatas saya menyebutkan ada aliran atau organisasi keagamaan (sebetulnya dulu termasuk saya juga), berpendapat bahwa adalah hal yang mustahil bila Kerajaan Arab-Saudi atau negara-negara Timur-Tengah berpuasa atau berlebaran lebih duluan dari Indonesia, padahal kerajaan tersebut waktunya 4 sampai 6 jam lebih belakangan dari waktu Indonesia (WIB sampai WIT). Persoalan tersebut timbul menurut saya diantaranya karena
a. Dahulu pada masa awal penyebaran agama Islam ke seluruh bagian dunia, teknik komunikasi masih sangat sederhana dan terbatas. Sehingga setiap bagian dunia yang berpenduduk Muslim, melakukan “Rukyat” secara sendiri-sendiri.
b. Umat Islam bergabung dengan pembagian zona-waktu yang ditetapkan oleh kerajaan Inggris, yaitu GMT.
Bila penyebab “a” adalah karena sesuatu yang sangat wajar, maka “b” penyebab “kekacauan” itu.
Pada saat memutuskan bergabung dengan zona-waktu GMT, tidak ada seorangpun yang sadar bahwa hal tersebut akan berdampak buruk di kemudian-hari. Padahal Alloh menekankan betapa pentingnya umat manusia mempergunakan “akal” sebagai salahsatu karuniaNya.
Coba simak baik-baik Firman Alloh dibawah ini:

 Surah 2 (Al Baqarah/Sapi Betina), Ayat-269:
Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)

 Surah 3 (Ali ‘Imran/Keluarga ‘Imran), Ayat-7:
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari isi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal

 Surah 10 (Yunus), Ayat-100:
Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.

GMT (Greenwich Mean Time) adalah garis (khayal) meridian yang membujur diatas Greenwich, London, Inggris.
Pada konvensi astronomi pertama (sebelum 01 januari 1925) garis tersebut ditetapkan sebagai Garis Bujur (Meridian) “0 derajat” dan Jam “GMT 00:00”, sedangkan pergantian tanggal atau hari terjadi pada jam 12:00 (tengah hari). Pada konvensi astronomi kedua, pergantian hari atau tanggal disepakati dirubah terjadinya mejadi pada jam 00:00 (tengah malam) dan berlaku sampai sekarang.
Oh ma’af pada konvensi itupun ditetapkan Dunia dibagi menjadi 24 Zona-Waktu.
12 zona waktu dari Garis-Bujur “0 derajat” kearah timur sampai Garis-Bujur “180 derajat” (diatas samudra pasifik sedikit di sebelah timur Selandia Baru), menjadi jam “GMT + 0” sampai dengan jam “GMT + 12”.
Sedangkan 12 zona waktu dari Garis-Bujur “0 derajat” kearah barat sampai Garis-Bujur “180 derajat” (diatas samudra pasifik sedikit di sebelah timur Selandia Baru), menjadi jam “GMT – 0” sampai dengan jam “GMT – 12”.
Bila saja garis GMT tersebut kita umpamakan sebagai orang yang sedang bertawaf, maka orang tersebut bukanlah “Karom” (Ketua Rombongan) karena berada ditengah-tengah rombongan.
Pada konvensi tersebut ditetapkan bahwa zona-waktu Saudi Arabia adalah “GMT + 3”. Sedangkan Indonesia dibagi menjadi 3 zona-waktu, yaitu WIB atau “GMT + 7”; WITA atau “GMT + 8” dan WIT atau “GMT + 9”
Mudah-mudahan sekarang jadi jelas bahwa waktu di Indonesia “lebih duluan” 4 sampai 6 jam (WIB sampai WIT) dari waktu di Mekah adalah kesepakatan para Astronom kerajaan Inggris semata. Tapi karena umat Muslim (diseluruh dunia) tidak ada yang menolak (berpikir?) bahkan bergabung dengan konvensi tersebut, maka kita sangat yakin bahwa waktu di Indonesia adalah “lebih duluan” 4 sampai 6 jam (WIB sampai WIT) dari waktu di Mekah dan celakanya menjadikan kita beranggapan bahwa adalah hal yang “mustahil” Kerajaan Saudi Arabia menetapkan hari-hari besar seperti diantaranya Idul Fitri dan Idul Adha 1 hari lebih awal daripada penetapan pemerintah Indonesia.
Pada penanggalan Hijriyah, pergantian hari atau tanggal baru terjadi pada “Magrib”, yaitu saat Matahari tenggelam atau katakanlah jam 18:00. Penentuan tersebut berdasarkan sunnah nabi Muhammad SAW:
“Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)".
Olehkarena itu pada pembagian zona-waktu khusus untuk umat Islam, harus ditetapkan Garis-Bujur “0 derajat” tersendiri dan garis semu tersebut sebaiknya bernama KMT (Ka’bah Means Time) karena ditetapkan tepat diatas Ka’bah, rumah Alloh SWT yang berfungsi sebagai sarana pemersatu arah (Qiblat) sholat umat Islam.
Adapun pembagian zona-waktunya tidak perlu dirubah lagi karena harus tetap sinkron dengan zona-waktu GMT. Tetapi berdasarkan penafsiran saya terhadap sunnah Nabi tersebut diatas, zona waktu dimana KMT berada (jazirah Arab) adalah zona waktu terdepan atau tidak satupun zona waktu yang mendahuluinya. Maka garis KMT tersebut berlaku sebagai “Karom” (tidak ada seorangpun anggota rombongan yang mendahuluinya) yang sedang bertawaf normal, sehingga teraturlah tawaf rombongan yang dipimpin “Karom” yang bernama KMT tersebut. Maka ketika “Jam” Mekah pada (KMT + 00:00), “Jam” London menjadi (KMT – 04:00) dan “Jam” Jakarta menjadi (KMT – 20:00) menurut pembagian zona-waktu KMT Kalender Hijriyah. Berarti menurut pembagian zona-waktu KMT Kalender Hijriyah, Indonesia menjadi 18 sampai 20 jam (WIT sampai WIB) lebih “belakangan” dibandingkan dengan negara yang dilintasi oleh garis KMT (Arab-Saudi) sebagai patokan “waktu” yang baru bagi umat Islam. Ahh... akhirnya umur kita berkurang 20 jam, lumayaaan!
Untuk selanjutnya dibentuk badan atau dewan Rukyat & Hisab yang beranggotakan perwakilan-perwakilan negara-negara berpenduduk umat Islam dengan persentase tertentu dan badan atau dewan tersebut berkantor pusat di Masjidil Harom. Tim yang dibentuk badan atau dewan tersebut akan memonitor Hilal di Jazirah Arab saja dan hasilnya dijadikan sebagai bahasan badan atau dewan tersebut bersidang untuk penetapan awal atau akhir bulan-bulan Kalender Hijriyah spesial bagi umat Islam seperti bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Karena kemajuan teknologi komunikasi masa kini, tentu saja sidang tersebut dapat disaksikan langsung diseluruh dunia.
Selanjutnya proses penetapan pembagian zona-waktu KMT Kalender Hijriyah tersebut akan menyadarkan “umat Islam-kebanyakan”, bahwa soal “Jam” Indonesia 4 sampai 6 jam mendahului (bukan 18 sampai 20 jam belakangan dari) “Jam” Arab-Saudi hanyalah soal kesepakatan semata (tanpa persetujuan kita)
Perlu saya tegaskan bahwa saya samasekali bukan ahli dalam bidang yang saya tulis tersebut diatas, saya hanya orang kebanyakan yang mencoba mengusulkan sesuatu untuk perbaikan kehidupan keberagamaan umat Islam, jadi mohon ma’af bila ada salah penafsiran maupun salah kata, semoga bermanfa’at dan terimakasih atas segala perhatiannya.

Wassallam,
Tatan Sontani
Amor - 996